Pendederan ikan mas adalah kegiatan memelihara larva yang berasal dari kolam penetasan hingga mencapai benih yang siap dipelihara di tempat pembesaran. Benih ini disebut sangkal, yaitu beni yang berukuran 10 – 12 cm, dan memiliki berat rata-rata 10 gram.
Kegiatan ini dilakukan di kolam, dan dalam tiga tahap, yakni pendederan pertama selama 14 hari, pendederan kedua selama 30 hari, dan pendederan ketiga selama 30 hari. Kegiatan setiap tahapnya terdiri dari persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, dan panen.
1. Persiapan kolam
Kolam pendederan ikan mas harus subur. Pada kolam yang subur tumbuh pakan alami dengan beragam jenis, dan ukuran serta jumlah yang melimpah. Pakan alami sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih, hingga kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhannya cepat.
Persiapan kolam setiap tahapan pendederan terdiri dari pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, perbaikan kemalir, pengapuran, pemupukan, serta pengairan.
Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam. Kolam dibiarkan terjemur sinar matahari. Pengeringan dianggap cukup bila tanah dasar sudah retak-retak. Biasanya selama 4 – 7 hari.
Pengeringan bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang gas-gas beracun. Selain itu juga untuk mempermudah per-baikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
Perbaikan pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan pematang dengan tanah dasar, agar semua bocoran dalam pematang tertutup. Bila ada bocoran yang lebih besar, sebaiknya pematang dibongkar, lalu ditutup kembali dengan tanah. Bila bocorannya banyak, sebaiknya pematang dilapisi plastik.
Perbaikan pematang bertujuan agar kolam terbebas dari bocoran, sehingga bila diisi air, ketinggian air dan kesuburannya dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat baik untuk benih, karena pakan alami selalu tersedia dan benih tidak mudan keluar akibat arus air.
Pengolahan tanah dasar
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian dasar kolam, tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air dan tidak porous.
Struktur tanah yang baik dapat memperlancar proses penguraian bahan organic (pupuk), sehingga pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya tanah dasar terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak, belerang dan lain-lain.
Pembuatan kemalir
Pembuatan kemalir dilakukan dengan cara menarik dua buah tali plastik dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Jarak antara tali atau lebar kemalir antara 40 - 50 cm. Tanahnya digali sedalam 5 – 10 cm, lalu dilemparkan ke pelataran.
Pembuatan kemalir bertujuan untuk memudahkan penangkapan benih saat panen. Di depan lubang pengeluaran dibuak kobakan dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Setelah kemalir dibuat, tanah dasar diratakan.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan setelah pembuatan kemalir dengan cara menyiramkan air kapur ke seleuruh bagian tanah dasar dan pematang. Sebelumnya ditebar atau disiram, kapur direndam terlebih dahulu dengan air. Untuk kapur yang sudah kering, pengapuran dapat dilakukan dengan cara menaburkan ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang.
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanah, terutama pH dan alkalinitasnya. Untuk kolam yang pH-nya sudah 7, pengapuran tidak perlu dilakukan. Dosis pengapuran setiap meternya dapat dilihat dalam table berikut (lihat pengapuran yang baik).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menebar pupuk ke seluruh tanah dasar kolam. Dengan cara seperti itu pupuk dapat tersebar merata dan pertumbuhan pakan alami akan merata di seluruh bagian kolam.
Pemupukan dalam kolam bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami agar kolam menjadi subur. Pakan alami sangat berguna untuk berudu agar tumbuh lebih cepat. Setelah kolam dipupuk, kolam diisi air selama 4 – 6 hari.
Caranya dengan menutup pintu pengeluaran air (monik) dengan 3 – 4 buah belahan papan selebar masing-masing 10 cm, kemudian membuka pintu pemasukan air untuk mengalirkan air. Setelah air mencapai ¾ bagi-an, pintu pemasukan ditutup, agar air pupuk tidak ter-buang. (lihat pemupukan yang baik).
Selain cara di atas, pemupukan dapat pula dilakukan setelah kolam diisi air, agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Pupuk yang baik untuk kolam adalah kotoran ayam atau puyuh. Dosis pupuknya 500 – 1000 gram/m2.
2. Penebaran benih
Penebaran larva atau benih dilakukan pagi hari, saat suhu air rendah, yaitu antara pukul 06.00 – 07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak stress akibat suhu tinggi. Larva atau benih yang ditebar terlalu siang bisa strees akibat kepanasan.
Padat tebar setiap tahapan pendederan berbeda-beda, tergantung dari ukuran dan umur benih. Pada pendederan pertama, larva ditebar dengan kepadatan antara 100 – 200 ekor/m2, pendederan kedua 50 – 75 ekor/m2, dan pendederan ketiga 25 – 50 ekor/m2.
Agar jumlahnya diketahui, sebelum ditebar larva atau benih dihitung terlebih dahulu. Cara menghitungnya harus hati-hati, karena kondisi tubuhnya masih lemah dan mudah terluka. Cara menghitung yang paling baik dan risikonya paling kecil adalah secara volumetrik.
Cara menghitung larva secara volumetrik : tangkap larva dari hapa pemijahan, lalu masukan dalam ember besar yang sudah diberi air sebanyak 2 liter, aduk larva dalam ember agar merata, ambil satu liter sebagai sampel dan hitung. Untuk mengetahui jumlah keseluruhan dapat digunakan dengan rumus :
A = B x C
A = Jumlah total berudu (ekor)
B = Jumlah berudu dalam 1 liter (ekor)
C = Volume air dalam ember (liter)
Cara menghitung benih secara volumetrik : tangkap benih dengan sekup net halus atau ayakan kecil; biarkan selama 10 detik agar airnya turun; masukan benih ke dalam gelas minum, mangkuk kecil, atau literan sebagai takaran; hitung benih dalam wadah itu; masukan ke wadah lain; takar seluruh benih. Untuk menghitung jumlah berudu seluruhnya dapat digunakan dengan rumus :
A = B/C x D
A = Jumlah berudu keseluruhan (ekor
B = Jumlah berudu dalam takaran kecil (ekor)
C = Volume gelas (cc)
D = Volume total (cc)
3. Pemberian pakan tambahan
Pakan tambahan diberikan setelah 4 hari dari penebaran, karena pada awal penebaran, pakan alami masih cukup tersedia, sedangkan setelah 4 hari pakan alami sudah mulai berkurang.
Pemberiannya dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pukul 09.00 dan pukul 15.00. Dosisnya 20 gram /100 ekor berudu pada minggu pertama, 30 gram pada minggu kedua, demikian seterusnya dosisi pakan tambahan ditambah sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pakan tambahan dilakukan dengan cara menebar langsung ke kolam.
4. Pengontrolan
Pengontrolan dilakukan setiap hari untuk melihat keadaan kolam. Waktunya bisa bersamaan dengan pemberian pakan tambahan. Saat pengontrolan keadaannya harus diamati dengan cermat, agar setiap kejadian dapat segera ditangani.
Bila ada bocoran pada pematang, segera diperbaiki agar ketinggian air dapat dipertahankan dan larva atau benih tidak terbawa aurs air. Air yang masuk juga harus diatur debitnya agar tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, tetapi air debit air tersebut cukup untuk mempertahankan ketinggian air kolam.
Kemudian bila ada tanda-tanda benih terserang penyakit harus segera diambil tindakan. Benih yang terserang ditandai dengan gerakannya lamban atau tidak normal, dan tidak napsu makan. Kemudian bila dilihat lebih dekat atau ditangkap badannya berwarna pucat.
5. Pemanenan
Pemanenan benih dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir. Caranya adalah dengan mengeringkan air kolam secara perlahan-lahan, yaitu dengan membuka papan monik satu demi satu.
Mula-mula saringan dipasang di depan pintu pengeluaran (monik), cabut papan monik yang paling atas dan biarkan airnya terbuang hingga mencapai ketinggian papan di bawahnya.
Cabut papan kedua biarkan air terbuang. Sambil menunggu air kolam surut, benih sedikit demi sedikit ditangkap dengan waring, dimasukan dalam ember, kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen. Bila airnya sudah surut lagi, cabut papan ketiga dan berudu ditangkap lagi sampai habis.
Benih yang sudah ditangkap sebaiknya dibiarkan dalam hapa tersebut selama malam agar kondisinya tubuhnya pulih kembali. Air yang masuk ke kolam penyimpanan hapa harus bersih agar tidak mengotori air dalam hapa.
Bila kondisi kurang aman sebaiknya benih dipindah ke dalam bak atau hapa lainnya yang dipasang di tempat yang terjamin keamanannya, misalnya di dalam ruangan (indoor hatchery). Berikut disajikan data pertumbuhan berudu hasil pendederan di kolam dalam setiap minggu.
Ukuran benih yang dihasilkan tergantung dari kesuburan kolam, dan cara pengelolaan. Namun pada umumnya benih yang dihasilkan dari pendederan satu berukuruan 2 – 3 cm (berat antara 0,1 - 1 gram), pendederan 5 – 8 cm (berat antara 5 – 7 cm), dan pendederan ke tiga 10 – 12 cm (berat antara 9 – 11 gram).