Androgenesis merupakan salah satu metode pemurnian ikan mas. Metode ini sudah banyak dilakukan oleh para ahli perikanan. Selain oleh para ahli juga oleh banyak mahasiswa, salah satu diantaranya adalah DODI SELAMET ROHADI, Mahasiswa Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian, Jurusan Perikanan, Jatinangor, Bandung 1996. Tulisan ini dikutip dari skripsinya yang berjudul PENGARUH BERBAGAI WAKTU AWAL KEJUTAN PANAS TERHADAP PERSENTASE LARVA DIPLOID MITOANDROGENETIK IKAN MAS (Cyprinus carpio L). Dalam pelaksanaan penelitian, dia melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Hipofisasi
Ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas majalaya disuntikan secara intra muskular sebanyak dua dosis pada induk ikan mas majalaya. Penyuntikan dilakukan dua kali, dengan selang waktu enam jam antara penyuntikan pertama dengan penyuntikan kedua. Pemijahan terjadi setelah
Radiasi telur
Telur diberi larutan fisiologis dan diaduk sampai merata. Selanjutnya dibagi ke dalam dua cawan petri dan dimasukan ke dalam kotak radiasi. Radiasi berlangsung lima menit, dengan jarak 30 cm, memggunakan lampu germicidal TUV 15 wat G15TB pada panjang gelombang 253,7 nm.
Fertilisasi telur
Sperma diambil dengan menggunakan syringe dan diencerkan dengan larutan ringer. Telur yang sudah selesai diradiasi dimasukan ke dalam sebuah baki pembuahan, kemudian dilakukan pembuahan telur (fertilisasi) dengan cara mencampurkan sperma dengan telur yang sudah diradiasi, lalu ditambahkan larutan pembuahan dan diaduk secara merata dengan menggunakan bulu ayam dalam baki pembuahan tersebut selama satu menit. Selanjutnya telur-telur ditebar ke dalam akuarium yang bagian-bagian dasarnya telah tertutup oleh lempeng-lempeng kaca ukuran 9 x 18 cm. kemudian telur-telu diinkubasi pada air bersuhu 25 O C, suhu diatur dengan menggunakan termostat.
Kejutan panas
Kejutan panas dilakukan dengan mencelupkan kaca yang berisi sel telur yang telah dibuahi ke dalam air yang bersuhu 40 O C dalam sebuah waterbath dengan volume kira-kira 7 liter. Kejutan panas dilakukan selama dua menit.
Penetasan
Telur yang telah diberi kejutan panas dipindahkan ke dalam saringan yang digantung pada akuarium berukuran 60 x 40 x 40cm dan diberi aerasi, untuk ditetaskan.
Pemeliharaan
Saat larva berumur lima hari diberi pakan alami Artemia sp. selama kurang lebih 2 – 3 minggu dan setelah itu diberi cacing tubifex dan pakan buatan berupa pelet kecil sebagai pakan tambahan. Lama pemeliharaan dilakukan selama dua bulan, atau sampai darah ikan cukup untuk pengujian diploidisasi.
Pembuatan preparat apus (smear method) darah
Langkah pertama dalam pembuatan preparat apus darah adalah mengambil darah dengan jalan memotong bagian ekor ikan uji dengan gunting. Llu darah diambil, diteteskan ke gelas obyek pertama yang telah dibersihkan dengan alkohol. Pada pembuatan ulasan darah yang tipis, digunakan gelas obyek yang kedua dengan cara menempelkan pada tepi tetesan darah pada gelas obyek gelas pertama dengan sudut 45 O . lalu gelas obyek kedua ditarik ke belakang kemudian didorong ke depan menurut anak panah, sehingga membentuk ulasan tipis.
Ulasan dara dibiarkan kering, lalu difiksasi dengan menggunakan methanol absolut selama 10 menit dan dibiarkan preparat kering udara. Setelah kering preparat diberi warna dengan larutan glemsa 10 persen selama lima menit. Pengamatan dilakukan setelah kering di bawah mikroskop dengan pembesaran 1.000 kali dengan menggunakan minyak immersi.
Dalam skripsi ini dia menyimpulkan sebagai berikut : waktu awal kejutan panas terbaik yang menghasilkan persentase larva diploid androgenetik tertinggi sebesar 78,33 persen adalah 40 menit setelah pembuahan dan menurut hasil analisis regresi diperoleh waktu awal kejutan panas terbaik 39 menit 51 detik setelah pembuahan dengan hasil persentase larva diploid androgenetik sebesar 79,20 persen.
Daftar Pustaka :
Rohadi, D.S, 1996. Pengaruh Berbagai Waktu Awal Kejutan Panas Terhadap Persentase Larva Diploid Mitoandrogenetik Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian, Jurusan Perikanan, Jatinangor,