Sarana pembenihan ikan mas terdiri dari kolam induk jantan dan betina, kolam pemijahan dan kolam pendederan.
Kolam induk jantan dan betina
Kolam induk jantan dan betina adalah tempat untuk pematangan gonad induk jantan dan betina, sebelum dan sesudah dipijahkan. Kolam induk jantan dan betina harus dibuat terpisah, agar tidak terjadi pemijahan liar.
Kedua kolam tersebut sebaiknya dibuat dari beton, atau tembok, dan ukurannya tidak terlalu luas, maksimal 50 m2. Tujuannya agar memudahkan dalam pengeringan sewaktu seleksi.
Kalau tidak dibuat dari beton, bisa juga kolam tanah, asalkan pematangnya kuat. Seperti kolam-kolam lainnya, kolam-kolam ini dilengkapi dengan lubang pemasukan, dan pengeluaran air. Keadaan dasar kolam harus melandai ke lubang pengeluaran air.
Kolam pemijahan dan penetasan
Kolam pemijahan adalah tempat untuk mempersatukan induk jantan dan betina agar terjadi pemijahan. Kolam ini sebaiknya dibuat dari beton, agar telur-telurnya tidak terbungkus lumpur, dan dibuat tidak terlalu luas, maksimal 12 m2, panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1 m.
Selain dibuat dari beton, kolam pemijahan bisa juga berupa kolam tanah. Bahkan di beberapa tempat di Jawa Barat, kolam pemijahan ini sering disatukan dengan kolam pendederan. Tujuannya agar memudahkan dalam menebarkan larva.
Biasanya kolam pemijahan ini digunakan pula sebagai kolam penetasan. Pada cara ini yang diambil dari kolam pemijahan induk jantan dan betina. Kalau penetasan akan dilakukan di tempat lain, maka kolam penetasan harus dibuat tersendiri. Pada cara ini, yang dipindahkan bukan induk, tetapi telurnya.
Kolam pendederan
Kolam pendederan adalah tempat untuk memelihara larva hingga sangkal, atau benih yang siap dipelihara di tempat pembesaran. Kolam pendederan terdiri dari tiga buah, yaitu kolam pendederan pertama, kolam pendederan kedua, dan kolam pendederan ketiga.
Kolam pendederan sebaiknya bukan kolam beton, tetapi kolam tanah, karena kolam tanah lebih subur dibandingkan dengan kolam beton. Di kolam tanah, larva atau benih akan lebih cepat pertumbuhannya.
Kolam pendederan harus luas, berukuran antara 500 – 1.000 m2. Selain lubang pemasukan (inlet), dan pengeluaran air (outlet), kolam pendederan harus dilengkapi dengan kemalir, agar memudahkan dalam pemanenan.
Kolam induk jantan dan betina
Kolam induk jantan dan betina adalah tempat untuk pematangan gonad induk jantan dan betina, sebelum dan sesudah dipijahkan. Kolam induk jantan dan betina harus dibuat terpisah, agar tidak terjadi pemijahan liar.
Kedua kolam tersebut sebaiknya dibuat dari beton, atau tembok, dan ukurannya tidak terlalu luas, maksimal 50 m2. Tujuannya agar memudahkan dalam pengeringan sewaktu seleksi.
Kalau tidak dibuat dari beton, bisa juga kolam tanah, asalkan pematangnya kuat. Seperti kolam-kolam lainnya, kolam-kolam ini dilengkapi dengan lubang pemasukan, dan pengeluaran air. Keadaan dasar kolam harus melandai ke lubang pengeluaran air.
Kolam pemijahan dan penetasan
Kolam pemijahan adalah tempat untuk mempersatukan induk jantan dan betina agar terjadi pemijahan. Kolam ini sebaiknya dibuat dari beton, agar telur-telurnya tidak terbungkus lumpur, dan dibuat tidak terlalu luas, maksimal 12 m2, panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1 m.
Selain dibuat dari beton, kolam pemijahan bisa juga berupa kolam tanah. Bahkan di beberapa tempat di Jawa Barat, kolam pemijahan ini sering disatukan dengan kolam pendederan. Tujuannya agar memudahkan dalam menebarkan larva.
Biasanya kolam pemijahan ini digunakan pula sebagai kolam penetasan. Pada cara ini yang diambil dari kolam pemijahan induk jantan dan betina. Kalau penetasan akan dilakukan di tempat lain, maka kolam penetasan harus dibuat tersendiri. Pada cara ini, yang dipindahkan bukan induk, tetapi telurnya.
Kolam pendederan
Kolam pendederan adalah tempat untuk memelihara larva hingga sangkal, atau benih yang siap dipelihara di tempat pembesaran. Kolam pendederan terdiri dari tiga buah, yaitu kolam pendederan pertama, kolam pendederan kedua, dan kolam pendederan ketiga.
Kolam pendederan sebaiknya bukan kolam beton, tetapi kolam tanah, karena kolam tanah lebih subur dibandingkan dengan kolam beton. Di kolam tanah, larva atau benih akan lebih cepat pertumbuhannya.
Kolam pendederan harus luas, berukuran antara 500 – 1.000 m2. Selain lubang pemasukan (inlet), dan pengeluaran air (outlet), kolam pendederan harus dilengkapi dengan kemalir, agar memudahkan dalam pemanenan.